Jumat, 07 November 2014

Kasih Tak Sampai


Oleh Putri Suri Ashara

            Pagi hari yang cerah Nesa terlambat datang karena alarm kesayangannya mati. Karena alarmnya semua rencana buat ke sekolah lebih cepat jadi batal deh padahal kan hari pertama. Udah dandanannya hancur. Sial deh pokoknya.
            Sesampainya di sekolah, Nesa langsung buru-buru menuju pagar yang hampir saja tertutup, “OMG, ganteng banget” serasa jantung Nesa terhenti melihat seseorang didepannya. Pikiran Nesa langsung melayang dan seseorang itupun tersenyum padanya, membuatnya hampir saja roboh dan lupa padahal hari itu dia ospek.
            “Pengumuman-pengumuman bagi adik kelas mohon kumpul lapangan basket karena sebentar lagi akan ada pemilihan kakak kelas kepada adik kelas” seru sang Ketua Osis. Nesa pun langsung berlarian seperti yang lain. “Kepada setiap kakak kelas  mohon lebih cepat untuk memilih adik kelasnya” sang Ketua Osis mulai marah karena teman-teman lama sekali untuk memilih.
            Seseorang yang hampir saja membuat Nesa roboh menuju kepadanya dan menarik tangannya dengan lembut. Dan membawanya ke tepi lapangan basket, “Dek, nama kakak Arista Arianda, panggil Arista aja ya” seru Arista kepada Nesa. Tapi bodohnya Nesa  masih bengong aja,
“Dek” panggil Arista. “Ia kak, tadi bilang apa ya?”, “Nama kakak Arista” sambung Arista.
            “Tahu nggak peraturan Osis sekarang apa?” Tanya Arista. Dengan santai Nesa menjawab, “Nggak! Emang apaan?”, “Sebenarnya, kami itu disuruh buat budak-budakin kalian, mau nggak?” Tanya Arista lagi. Dengan penuh pertimbangan Nesa menjawab “Boleh deh” padalah batinnya berkata “enaknya sih nggak disuruh apa-apa biar aku bisa berduaan sama dia, dasar Ketua Osis jahat, nggak tahu apa orang lagi jatuh cinta”.
            “Hhhhhhhhhhhhmmmmmmmmm, mending kita nggak usah ngapa-ngapain aja”, lanjut Arista. “Jadi kita?”, Tanya Nesa yang masih bengong. “Jalan-jalan aja yuk!”, minta Arista. “Jadi nggak bakal kena marah?”, tanya Nesa lagi. “Nggak dong, secara aku Wakil Ketua Osisnya, jadi Ketua Osis nggak bakalan marah sama aku, bisa dibilang itu hak Istimewa, Oke? Tapi jangan bilang sama yang laen ya! ”, minta Arista.
            Mereka pun melanjutkan jalan-jalannya seperti permintaan Arista sambil berbincang-bincang dan menunjukkan kepada Nesa beberapa tempat penting, seperti Kantor Kepala sekolah, Kantor Guru, UKS, Kantin, “Dan itu tuh Ruang BP, jangan nggak tahu, ntar malu-maluin abang ganteng lagi, kan jadi rugi pembinanya abang ganteng”, ceplos Arista. “Oya kak, kita tuh lagi Ospek, bukan pameran”, sambung Nesa. Arista pun terdiam, “Oya ya, kita kan lagi Ospek”, lanjut Arista.

***     
            Keesokan harinya, di perpustahaan, secara hobinya Arista itu baca Ensiklopedia yang tebal-tebal itu, Nesa dan beberapa temannya pun disuruh oleh Wali Kelasnya buat mengambil buku bacaan di perpustakaan. “Eh, tolong ambil buku yang itu dong!”, pinta Nesa sambil menunjukkan ke atas dan dirinya mengambil bukunya yang berjatuhan karena yang lain pun sedang berdesakan juga ingin mengambil buku. “Yang ini?”, tunjuk Arista dan menyerahkan buku, Tiba-tiba Nesa teringat dengan suara Arista yang begitu lembut, Nesa pun mengangkat wajahnya dan mulailah batinnya berkata, “Kalau jumpa tiba-tiba gini terus, bisa jantungan deh”, “Hello?” sambil melambaikan tangan ke wajah Nesa. Dan Nesa pun tersadar.

***
            Satu bulan kemudian pun berlalu,  tepatnya hari Sabtu, Arista meminta ketemuan dengan Nesa, “Kita ketemu di kantin ya” pesan Arista. Balas Nesa, “Oke”. Setiba di kantin Arista sudah menunggunya, tanpa basa-basi Nesa langsung menghampirinya. Belum Nesa sempat untuk duduk, Arista langsung mengutarakan perasaannya, Nesa pun terkejut, dan berkata, “Hah, kakak nggak salah ngomong?, Kita kan baru kenal, lagian kakak kan belum tahu Nesa gimana?”, “Nggak Nesa, biarpun kita baru kenal, kakak yakin kamu yang terakhir buat kakak, aku sayang kamu? ”, Nesa hanya terdiam dan langsung memeluk Arista, dan berkata, “Nesa juga sayang kakak”.
            Siang harinya, Arista berbicara dengan kakak sepupunya dan mengatakan “Kak, ajarin Arista nge-jump dong?”, “Arista kan masih kecil, jangan ngaco deh”, Arista pun terus merayunya, “Kak, bolehlah, kali ini aja, Arista janji ini buat yang pertama dan terakhir ”. Dan kakaknya mengatakan dengan tegas, “Sekali nggak boleh tetap nggak boleh”.
            Arista pun pergi diam-diam. Sesampai ke rumah temannya, Arista langsung meminta pinjam kerata temannya, “Eh, bolehlah Arista pinjam buat coba”, pinta Arista. Dan temannya pun mengizinkan, “Ini kuncinya”. Dan Arista pun langsung mengendarai kereta dengan cepat dan dia nge-jump padahal itu yang pertama, sesudah keretanya mendarat dengan mulus di aspal, sang truk TNI pun melaju dengan cepat semana biasanya di jalan raya, tiba-tiba…….. bruuuuuuuuukkk Arista pun tergeletak di aspal dan tak sadarkan diri. Dan teman-temannya pun langsung berlarian menuju Arista, beberapa temannya berteriak memanggil Arista, “ARISTAAAAAAA”, dan sebagian temannya membopong Arista ke rumah sakit terdekat di tempat kejadian, dan sebagiannya lagi menghubungi keluarganya dan mengurus kendaraannya.
            Sesampai di rumah sakit, ternyata dan ternyata nyawanya Arista tak tertolongkan. Sang ibu pun tiba dan langsung pingsan. Dan keluarga yang tiba setelah ibunya langsung mengurus administrasi dan membawa mayat Arista pulang ke rumah untuk di semayamkan. Temannya Arista yang bernama Dika, menghubungi Nesa untuk memberi tahu bahwa Arista sudah tiada, Nesa hanya terdiam dan mengingat kejadian indah yang kemarin saat bersama Arista di kantin. Dan batinnya berkata, “Tuhan, apa salahku kenapa Engkau begitu cepat mengambilnya dariku padahal baru kemarin kami jadian, Tuhan, aku rela nyawaku ditukar dengannya ”.

***
Keesokan harinya, sekitar jam 10 pagi sang ibu baru siuman, dan saat melihat sang mayat yang terbaring itu adalah anak tunggalnya, si ibu langsung pingsan lagi dalam pangkuan Nesa yang baru saja datang. Mayat itu pun di mandikan dan dishalatkan secara berjamaah, Nesa pun tidak lupa untuk ikut bersama jamaah. Beberapa menit setelah sang mayat dishalatkan si ibu siuman lagi tapi tak berbicara apa-apa.
Dan mayat Arista pun di bawa ke tempat peristirahatan terakhirnya, kekasihnya hanya diam dan ikut serta saja, karena dia tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat keadaan kekasihnya yang sudah tidak bernyawa lagi, serasa-rasa hidupnya sudah berakhir karena tanpa kekasihnya.
Selamat jalan kekasihku semoga amalmu di terima di sisi Allah SWT. karena aku akan selalu mendoakanmu dalam shalat dan kamu yang terakhir dalam hidupku.
***

2 komentar:

  1. Boleh Donk Komen,,, Ada beberapa kata yang masih salah misalnya perpustahaan (Perpustakaan) kerata (kereta)
    itu aja sih yang lain udah oke....!!!!
    nilainya 90 lah menurut ku...
    Ok

    BalasHapus
  2. thanks bt yg udah coment, Mr. Arifin.

    bt nilainya ;)

    BalasHapus